Pelatihan ISO – Setiap orang yang pernah bekerja di laboratorium pasti pernah melihat lambang-lambang kecil di label botol bahan kimia. Gambar api, tengkorak, botol yang menumpahkan cairan ke tangan. Semuanya tampak sederhana, tapi punya arti yang besar.
Lambang-lambang ini bukan sekadar formalitas. Mereka mewakili potensi bahaya yang nyata dan bisa berakibat fatal jika diabaikan.
Sayangnya, banyak kejadian di laboratorium yang bermula dari satu kesamaan: simbol sudah ada, tapi tidak diperhatikan. Dalam artikel ini, saya ingin mengajak kamu melihat lebih dalam tentang lambang berbahaya di laboratorium lewat ilustrasi kejadian yang sering terjadi, dan bagaimana kita bisa mengelolanya lebih bijak.
Mengenal Lambang Berbahaya: Bukan Sekadar Gambar
Dalam sistem GHS (Globally Harmonized System), setiap bahan kimia wajib dilabeli dengan simbol bahaya tertentu. Tujuannya? Agar semua orang, tidak peduli latar belakang atau bahasanya, bisa memahami risiko dengan cepat.
Mengenal Lambang Bahaya di Laboratorium
Dalam sistem GHS (Globally Harmonized System), simbol bahaya dirancang agar bisa dimengerti secara universal. Tapi seberapa sering kita benar-benar memahami dan menginternalisasikannya dalam rutinitas kerja?
Ada beberapa lambang yang paling umum ditemui di laboratorium:
- Gambar api: Bahan mudah terbakar
- Gambar tengkorak: Bahan toksik atau beracun
- Gambar botol tumpah ke tangan: Bahan korosif
- Gambar ledakan: Bahan eksplosif
- Gambar siluet dengan efek di dada: Bahaya kesehatan kronis

Simbol-simbol ini seharusnya menjadi peringatan awal—alarm visual—agar kita bisa mengambil tindakan pencegahan sejak dini. Namun dalam praktiknya, banyak yang luput memperhatikan, bahkan menganggapnya tidak penting.
Ilustrasi 1: Reagen Bereaksi di Luar Kendali
Mari bayangkan situasi seperti ini. Seorang mahasiswa sedang melakukan eksperimen reaksi redoks menggunakan kalium permanganat dan etanol. Karena ingin mempercepat reaksi, dia memutuskan untuk memanaskan campuran itu langsung di atas bunsen.
Beberapa detik kemudian, boom—percikan api muncul, cairan tumpah ke meja, dan suasana panik pun terjadi. Untungnya, tidak ada cedera serius. Tapi kejadian seperti ini bisa dengan mudah berujung buruk.
Apa yang salah? Etanol jelas-jelas memiliki simbol flammable, dan kalium permanganat bersifat oksidator kuat. Kombinasi keduanya sangat berbahaya jika tidak dikendalikan. Sayangnya, simbol di botol sering dianggap hanya tempelan biasa.
Pelajarannya? Jangan abaikan simbol. Dan kalau ragu, selalu konsultasi sebelum mencampur dua bahan yang punya potensi reaktif tinggi.
Ilustrasi 2: Korosif yang Tak Terlabel
Ilustrasi berikutnya juga cukup sering terjadi, terutama di laboratorium dengan kegiatan intensif dan bahan yang disimpan ulang. Seorang teknisi menggunakan cairan pembersih untuk alat laboratorium yang disimpan dalam botol bekas. Botolnya polos, tanpa label apa pun.
Tanpa mengenakan sarung tangan, ia menuangkan cairan tersebut. Tiba-tiba, kulit tangannya terasa panas, memerah, dan akhirnya iritasi cukup parah. Setelah ditelusuri, cairan itu ternyata mengandung asam sulfat pekat.
Masalah utamanya? Tidak ada label, padahal bahan tersebut termasuk korosif. Simbol corrosive wajib tertera di wadah, bahkan jika itu hanya untuk penyimpanan internal.
Label dan simbol adalah bagian dari SOP dasar di laboratorium. Sekali diabaikan, risikonya langsung terasa.
Baca juga: Standar Deviasi Adalah Ukuran Penyebaran Data: Pengertian, Rumus, dan Contohnya
Kenapa Simbol Masih Sering Diabaikan?
Ada beberapa alasan umum yang sering kita dengar di lapangan:
- Terlalu sering melihat simbol, sampai jadi kebal (“ah itu mah udah biasa”)
- Tidak ada pelatihan khusus untuk interpretasi simbol
- Simbol dianggap tidak relevan kalau sudah “hafal bahan”
- Tidak ada pengawasan rutin terhadap pelabelan bahan kimia
Padahal, lambang berbahaya bukan dibuat untuk menakut-nakuti. Ia dibuat agar semua orang, dari teknisi baru sampai manajer lab, punya standar komunikasi risiko yang sama.
Solusi yang Bisa Diterapkan
Kalau kamu merasa simbol-simbol ini mulai diabaikan di lingkungan kerjamu, beberapa hal ini bisa mulai diterapkan:
- Adakan pelatihan ulang untuk semua staf tentang GHS dan interpretasi simbol
- Pastikan semua bahan kimia, termasuk yang disimpan ulang, punya label yang sesuai
- Tempelkan poster simbol berbahaya di area strategis laboratorium
- Buat checklist inspeksi yang menyertakan pengecekan label dan simbol
- Simulasikan skenario kecil (tabletop exercise) untuk memahami risiko nyata dari simbol
Langkah-langkah sederhana ini bisa membangun ulang budaya keselamatan yang kadang mulai luntur karena rutinitas.
Rekomendasi Pelatihan: Training Teknik Penyusunan MSDS Material Safety Data Sheet
Lambang berbahaya di laboratorium bukan hanya soal kepatuhan, tapi soal perlindungan nyata terhadap keselamatan. Mereka adalah peringatan visual agar kita bekerja dengan lebih waspada dan bertanggung jawab. Kalau hari ini kamu membaca label hanya sekilas, semoga besok kamu meluangkan waktu sedikit lebih lama untuk memahaminya.
Banyak kecelakaan kerja di laboratorium sebenarnya bisa dicegah sejak awal—asal informasi bahayanya jelas dan mudah dipahami. Sayangnya, masih banyak MSDS (Material Safety Data Sheet) yang disusun seadanya, terlalu teknis, atau bahkan tidak relevan dengan kondisi lapangan.
Kalau kamu merasa hal ini juga terjadi di tempat kerjamu, mungkin ini saatnya memperkuat pemahaman tim lewat pelatihan yang tepat. Di SPIN Sinergi, kami menyelenggarakan pelatihan teknik penyusunan MSDS yang tidak hanya teoritis, tapi juga aplikatif dan sesuai kebutuhan industri.
Ingin tahu lebih lanjut? Silakan kunjungi halaman ini atau langsung daftar untuk sesi terdekat. Karena MSDS yang baik bukan sekadar dokumen—tapi alat perlindungan nyata untuk semua yang bekerja di lapangan.